Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak
dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan
juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri
orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan
orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung
orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka
digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya
mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi
hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah
orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan
bermanfaat.
Sebaliknya kalau ada orang yang tidak
bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan
segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek.
Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak
merugikan masyarakat.
Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW
menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup.
Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan
rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia
akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput
tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup
ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan
memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh
nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan
kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan
dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi kepada Nusa,
Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT.
Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja
berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai
ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini
niatnya hanya mencari “rumput” walau hal itu penting, tetapi kalau
niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang yang rugi, karena
ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat,
zakat, puasa atau membaca Al-Qur’an saja, tetapi bekerja, mengabdi
kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta’ala ataupun
ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang berfilsafat:
Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.